LANGKAH-LANGKAH DALAM PENYEDIAAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN TAHAP
TAHAP PROSES SELEKSI
Departemen
personalia dapat menggunakan berbagai prosedur seleksi untuk membandingkan
pelamar dengan spesifikasi jabatan. Langkah-langkah dalam prosedur seleksi yang
biasa digunakan paling tidak terdiri dari tujuah langkah. Bagi pelamar yang
berasal dari suplai internal, kadang-kadang tidak perlu melalui beberapa
langkah, seperti penerimaan pendahuluan, pemeriksaan referensi atau evaluasi
medis (kesehatan).
Langkah-langkah Dalam Proses Seleksi
Ø
LANGKAH 1 :
PENERIMAAN PENDAHULUAN
Proses seleksi merupakan jalur dua arah. Organisasi memilih para
karyawan dan para pelamar memilih perusahaan. Seleksi dimulai dengan kunjungan
calon pelamar ke kantor personalia atau dengan permintaan tertulis untuk
aplikasi.
Bila pelamar datang
sendiri, wawancara pendahuluan dapat dilakukan. Ini akan sangat membantu dalam
upaya menghilangkan kesalahapahaman dan menghindarkan pencarian informasi dari
sumber tidak resmi (“jalan belakang”).
Ø
LANGKAH 2 : TES-TES
PENERIMAAN
Tes-tes penerimaan sangat berguna untuk mendapatkan informasi yang
relatif obyektif tentang pelamar yang dapat dibandingkan dengan para pelamar
lainnya dan para karyawan sekarang. Tes-tes penerimaan merupakan berbagai
peralatan bantu yang menilai kemungkinan padunya antara kemampuan, pengalaman
dan kepribadian pelamar dan persyaratan jabatan.
Agar tes dapat
meloloskan para pelamar yang tepat, maka ia harus valid. Validitas berarti
bahwa skor-skor tes mempunyai hubungan yang berarti (signifikan) dengan
prestasi kerja atau dengan kriteria-kriteria relevan lainnya.
Berbagai Peralatan Tes
Ada bermacam-macam jenis
tes penerimaan. Setiap tipe tes mempunyai kegunaan yang terbatas, dan mempunyai
tujuan yang berbeda. Secara ringkas, berbagai tipe tes dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Tes-tes Psikologis
(Psychological Test)
- Test kecerdasan
(intelligence test) : Yang menguji kemampuan mental pelamar dalam hal daya
pikir secara menyeluruh dan logis.
- Test kepribadian
(personality test) : Dimana hasilnya akan mencerminkan kesediaan bekerja sama,
sifat kepemimpinan dan unsur-unsur kepribadian lainnya.
- Test bakat
(aptitude test) : Yang mengukur kemampuan potensial pelamar yang dapat
dikembangkan
- Test minat
(interest test) : Yang mengatur antusiasme pelamar terhadap suatu jenis
pekerjaan.
- Tes prestasi
(achievement test) : Yang mengukur kemampuan pelamar sekarang
2. Tes-tes Pengetahuan
(Knowledge Tests) : Yaitu bentuk tes yang menguji informasi atau pengetahuan
yang dimiliki para pelamar. Pengetahuan yang diujikan harus sesuai dengan
kebutuhan untuk melaksanakan pekerjaan
3. Performance Tests :
Yaitu bentuk tes yang mengukur kemampuan para pelamar untuk melaksanakan
beberapa bagian pekerjaan yang akan dipegangnya. Sebagai contoh, tes mengetik
untuk calon pengetik.
Selain harus feasible penggunaan tes juga harus
fleksibel. Hasil tes tidak selalu merupakan langkah pertama atau terakhir
dalam proses seleksi. Akhirnya, tes penerimaan hanya merupakan suatu teknis di
antara berbagai teknik yang digunakan dalam proses seleksi, karena tes hanya
dapat dilakukan terhadap faktor-faktor yang bisa diuji secara mudah. Hal-hal
yang tidak dapat diukur melalui pengujian mungkin sama pentingnya.
Ø
LANGKAH 3 :
WAWANCARA SELEKSI
Wawancara seleksi adalah percakapan formal dan mendalam yang
dilakukan untuk mengevaluasi hal dapat diterimanya atau tidak (acceptability)
seorang pelamar. Pewawancara (interviewer) mencari jawab dua pertanyaan umum.
Dapatkah pelamar melaksanakan pekerjaan? Bagaimana kemampuan pelamar
dibandingkan dengan pelamar lain?
Wawancara mempunyai
tingkah fleksibilitas tinggi, karena dapat diterapkan baik terhadap para calon
karyawan manajerial atau operasional, berketerampilan tinggi atau rendah,
maupun staf. Teknik ini juga memungkinkan pertukaran informasi dua arah :
pewawancara mempelajari pelamar, dan sebaliknya pelamar mempelajari perusahaan.
Wawancara seleksi
mempunyai dua kelemahan utama : reliabilitas dan validitas. Bagaimanapun juga
teknik wawancara penting dilakukan dalam proses seleksi karena efektivitasnya
dapat dipercaya dan mempunyai fleksibilitas.
Proses Wawancara
Tahap-tahap proses
wawancara meliputi persiapan pewawancara, pengarahan atau penciptaan hubungan,
pertukaran informasi, terminasi dan evaluasi. Setiap tahap harus dijalani agar
wawancara berhasil.
- Persiapan
pewawancara. Kegiatan persiapan ini mencakup penentuan sasaran wawancara,
pengembangan berbagai pertanyaan spesifik yang akan diajukan dalam proses
wawancara, penetapan tipe wawancara dan format pertanyaan, serta
pengenalan awal tentang pelamar dengan mempelajari blanko lamaran.
Disamping itu, pewawancara harus mampu menjelaskan tugas-tugas pekerjaan,
standar prestasi, upah dan tunjangan-tunjangan lain, dan bidang-bidang
pekerjaan lainnya.
- Pengarahan.
Setelah wawancara dimulai, pewawancara perlu menciptakan hubungan yang
relaks dengan pelamar dan suasana yang “enak”. Tanda kondisi ini
pewawancara mungkin tidak memperoleh gambaran yang lengkap dan jelas
tentang potensi pelamar.
- Pertukaran
Informasi. Inti proses wawancara adalah pertukaran informasi. Untuk
membantu menciptakan hubungan, banyak pewawancara mulai dengan bertanya
kepada pelamar bila ada pertanyaan-pertanyaan yang ingin diajukan. Ini
menimbulkan komunikasi dua arah dan memungkinkan pewawancara mulai untuk
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pelamar.
- Terminasi.
Bila waktu wawancara yang tersedia habis, pewawancara perlu memberi
isyarat bahwa wawancara akan segera diakhiri, dalam hal ini sekali lagi
komunikasi non verbal sangat berguna.
- Evaluasi.
Segera setelah wawacara berakhir, pewawancara harus mencatat
jawaban-jawaban tertentu dan kesan-kesan umum mengenai pelamar. Penilaian
ini dapat menggunakan catatan yang telah disiapkan secara standar.
Penggunaan catatan atau daftar standar akan meningkatkan reliabilitas
wawancara sebagai teknik seleksi.
Kesalahan-kesalahan
Wawancara
Ada
berbagai penyebab kesalahan atau perangkap dalam proses wawancara. Kegagalan
untuk mengatasi penyebab-penyebab kesalahan wawancara akan menurunkan
efektivitas wawancara. Berbagai bentuk kesalahan wawancara secara terinci
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Halo Effect
Kesalahan ini terjadi
bila pewawancara menggunakan informasi terbatas tentang pelamar untuk berprasangka
dalam evaluasi terhadap karakteristik-karakteristik lain pelamar. Contoh,
seorang pelamar yang mempunyai senyuman menarik (apalagi kalau cantik atau
ganteng) dan simpatik diperlakukan sebagai calon unggul sebelum wawancara
dimulai.
2. Leading Questions
Kesalahan ini akibat
pewawancara mengirimkan “telegram” jawaban yang diinginkan dengan cara memberi
arah pertanyaan-pertanyaan wawancara.
Contoh, “apakah saudara
setuju bahwa laba adalah penting?”; “apakah saudara akan menyenangi pekerjaan
ini?”.
3. Personal Biases
Kesalahan ini merupakan
hasil prasangka pribadi pewawancara terhadap kelompok-kelompok tertentu.
Contoh, “saya lebih menyukai personalia penjualan yang berbadan tinggi”; “ada
pekerjaan yang hanya pantas untuk pria dan ada pekerjaan yang hanya pantas
untuk wanita”.
4. Dominasi Pewawancara
Kesalahan ini akibat
pewawancara menggunakan waktu wawancara untuk “membual” kepada pelamar,
menyombongkan keberhasilan, atau melakukan percakapan sosial.
Contoh, penggunaan waktu
wawancara untuk menceritakan rencana-rencana perusahaan, penggunaan waktu
wawancara untuk memberitahukan bagaimana pentingnya pekerjaan pewawancara.
Ø
LANGKAH 4 :
PEMERIKSAAN REFERENSI
Bagaimana tipe pelamar? Apakah pelamar adalah pekerja yang dapat
dipercaya? Bagaimana sifat-sifat atau kepribadian pelamar? Untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan ini, departemen personalia menggunakan berbagai
referensi.
Personal
references-tentang karakter pelamar-biasanya diberikan oleh keluarga atau
teman-teman terdekat yang ditunjuk oleh pelamar sendiri atau diminta
perusahaan. Bila referensi diserahkan secara tertulis, pemberi referensi
biasanya hanya menekankan hal-hal positif. Oleh karena itu, referensi pribadi
pada umumnya jarang digunakan.
Employment references. Mencakup latar belakang atau pengalaman
kerja pelamar. Banyak spesifikasi personalia bersikap skeptis terhadap
referensi-referensi tersebut, karena dalam kenyatannya organisasi sangat jarang
untuk mendapatkan referensi yang benar.
Ø
LANGKAH 5 :
EVALUASI MEDIS
Proses seleksi ini mencakup pemeriksaan kesehatan pelamar sebelum
keputusan penerimaan karyawan dibuat. Pada umumnya, evaluasi ini mengharuskan
pelamar untuk menunjukkan informasi kesehatannya. Pemeriksaan dapat dilakukan
oleh dokter diluar perusahaan maupun oleh tenaga medis perusahaan sendiri.
Evaluasi medis memungkinkan perusahaan untuk menekan biaya perawatan kesehatan
karyawan dan asuransi jiwa, mendapatkan karyawan yang memenuhi persayaratan
kesehatan fisik untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu, atau memperoleh karyawan
yang dapat mengatasi stress fisik dan mental suatu pekerjaan.
Ø
LANGKAH
6 : WAWANCARA ATASAN LANGSUNG
Atasan langsung (penyelia) pada akhirnya merupakan orang yang
bertanggungjawab atas para karyawan baru yang diterima. Oleh karena itu,
pendapat dan persetujuan mereka harus diperhatikan untuk keputusan penerimaan
final. Penyelia sering mempunyai kemampuan untuk mengevaluasi kecakapan teknis
pelamar dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pelamar tentang pekerjaan
tertentu secara lebih tepat. Atas dasar ini banyak organisasi yang memberikan
wewenang kepada penyelia untuk mengambil keputusan penerimaan final.
Komitmen para penyelia pada umumnya akan semakin besar bila mereka
diajak berpartisipasi dalam proses seleksi. Partisipasi mereka paling baik
diperoleh melalui supervisory interview. Dengan mengajukan serangkaian
pertanyaan, penyelia menilai kecakapan teknis, potensi, kesediaan bekerjasama,
dan seluruh kecocokan pelamar. Wawancara ini berguna sebagai suatu cara efektif
untuk meminimumkan pertukaran karyawan, karena karyawan telah dapat memahami
perusahaan dan pekerjaannya sebelum mereka mengambil keputusan untuk bekerja
pada perusahaan.
Ø
LANGKAH 7 :
KEPUTUSAN PENERIMAAN
Apakah diputuskan oleh
atasan langsung atau departement personalia, keputusan penerimaan menandai
berakhirnya proses seleksi. Dari sudut pandangan hubungan masyarakat (public
relations), para pelamar lain yang tidak terpilih harus diberitahu. Departemen
personalia dapat mempertimbangkan lagi para pelamar yang ditolak untuk
lowongan-lowongan pekerjaan lainnya karena mereka telah melewati berbagai macam
tahap proses seleksi.
TUJUAN PERENCANAAN
ORGANISASIONAL
Definisi Perencanaan
Perencanaan
adalah proses menentukan bagaimana organisasi dapat mencapai tujuannya, dimana
ditujukan pada tindakan yang tepat melalui melalui proses analisa, evaluasi,
seleksi diantara kesempatan-kesempatan yang diprediksi terlebih dahulu. Tujuan
Perencanaan adalah membentuk usaha yang terkoordinasi dalam organisasi.
Perencanaan
Organisasional mempunyai dua tujuan :
Ø
Tujuan
Perlindungan (Protective) : meminimisasikan resiko dengan mengurangi
ketidakpastian di sekitar kondisi
bisnis dan menjelaskan konsekuensi tindakan manajerial yang berhubungan
Ø
Tujuan
Kesepakatan (Affirmative) : meningkatkan tingkat keberhasilan organisasional
16 GARIS
PEDOMAN UMUM DALAM MENGORGANISASI SUMBER DAYA
Menurut
Henri Fayol :
Ø
Pembagian
kerja
Ø
Wewenang
dan tanggung jawab
Ø
Disiplin
Ø
Kesatuan
perintah
Ø
Kesatuan
pengarahan
Ø
Mengutamakan
kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
Ø
Penggajian
pegawai
Ø
Pemusatan
Ø
Hirarki
Ø
Ketertiban
Ø
Keadilan
dan kejujuran
Ø
Stabilitas
kondisi karyawan
Ø
Prakarsa
Ø
Semangat
kesatuan dan semangat korps
Ø
Menghindari
adanya pengaturan, birokrasi dan kertas kerja
Ø
Memberikan
sanksi terhadap kesalahan dan kekeliruan
KEUNTUNGAN
DAN KERUGIAN DALAM PEMBAGIAN TENAGA KERJA
Keuntungan :
Ø
Pekerja
berspesialisasi dalam tugas tertentu sehingga keterampilan dalam tugas tertentu
meningkat,
Ø
Tenaga
kerja tidak kehilangan waktu dari satu tugas ke tugas yang lain.
Ø
Pekerja
memusatkan diri pada satu pekerjaan dan membuat pekerjaan lebih mudah dan
efisien, dan
Ø
Pekerja
hanya perlu mengetahui bagaimana melaksanakan bagian tugas dan bukan proses
keseluruhan produk.
Kerugian :
Ø
Pembagian
kerja hanya dipusatkan pada efisiensi dan manfaat ekonomi yang mengabaikan
variabel manusia, dan
Ø
Kerja
yang terspesialisasi cenderung menjadi sangat membosankan yang akan berakibat
tingkat produksi menurun.
Menurut
Chester Bernard, akan makin banyak perintah manajer yang di terima dalam jangka
panjang apabila terdapat hal-hal mengenai :
Ø
Saluran
formal dari komunikasi digunakan oleh manager dan di kenal oleh seluruh organisasi.
Ø
Tiap
anggota organisasi telah menerima saluran komunikasi formal melalui dia
menerima perintah.
Ø
Lini
komonikasi antara manager dan bawahan bersifat secara langsung.
Ø
Rantai
komando yang lengkapdi gunakan untuk mengeluarkan perintah.
Ø
Manager
memiliki keterampilan komunikasi yang memadai.
Ø
Manager
menggunakan lini komunikasi formal hanya untuk urusan organisasional.
Ø
Suatu
pemerintah secara otentik memang berasal dari manager.
Referensi
:
0 komentar:
Posting Komentar